Depresi biasanya sering kali dikaitkan dengan kondisi kejiwaan seseorang. Namun, ternyata depresi juga dapat berkaitan dengan kondisi ekonomi. Perekonomian di setiap negara tentu tidak selalu baik-baik saja. Terkadang mengalami peningkatan dan penurunan.
Dalam hal ini kita kerap kali mengenal beberapa keadaan ekonomi negara seperti resesi dan krisis ekonomi. Kedua keadaan tersebut pernah terjadi di Indonesia. Krisis ekonomi merupakan keadaan perekonomian yang mengalami penurunan secara drastis dalam suatu negara dan apabila berlanjut dapat mengakibatkan resesi.
Sementara itu, resesi diartikan sebagai keadaan di mana dua kuartal tingkat perekonomian suatu negara mengalami penurunan. Jika keadaan terus berlanjut maka akan mengakibatkan kejatuhan ekonomi.
Selain kedua keadaan ekonomi tersebut, terdapat satu keadaan lain yang dapat menimpa perekonomian suatu negara yakni dinamakan dengan depresi ekonomi. Kejadian ini pernah terjadi di Amerika Serikat sekitar tahun 1929.
Peristiwa ini dikenal dengan nama The Great Depression. The Great Depression dapat diartikan sebagai titik terendah penurunan perekonomian suatu negara. Hal ini berbeda dengan dua keadaan ekonomi yang sudah disebutkan tadi. Untuk memahami lebih lanjut, berikut ini selengkapnya mengenai depresi ekonomi.
Pengertian Depresi Ekonomi
Depresi ekonomi merupakan keadaan perekonomian suatu negara yang secara terus menerus mengalami penurunan dalam empat kuartal atau lebih. Secara singkat kejadian ini terjadi jika resesi berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Pada awalnya, depresi ekonomi akan ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto yang mencapai lebih dari 10 persen. Namun, keadaan ini jarang terjadi dan cenderung disertai dengan pengangguran yang tinggi dengan tingkat inflasi yang rendah. Keadaan depresi ekonomi biasanya terjadi selama 10 tahun.
Penyebab Depresi Ekonomi
Depresi ekonomi disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Baik faktor eksternal maupun faktor internal sama-sama berpotensi besar menyebabkan depresi ekonomi. Seperti penurunan pendapatan masyarakat yang mengakibatkan kemerosotan daya beli masyarakat.
Selain itu angka pengangguran yang tinggi juga dapat menyebabkan depresi ekonomi dikarenakan lapangan pekerjaan yang tersedia semakin menipis. Berikut ini penyebab depresi ekonomi.
1. Pendapatan mengalami penurunan
Depresi ekonomi disebabkan oleh adanya penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan dapat mempengaruhi penurunan daya beli masyarakat. Hal ini dikarenakan belanja dari masyarakat akan semakin berkurang sehingga mempengaruhi daya produksi sebuah perusahaan.
Dengan begitu, perusahaan akan mengalami kebangkrutan dan roda perekonomian mengalami penurunan.
2. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang menipis
Penyebab depresi ekonomi selanjutnya yakni karena jumlah pengangguran yang terus mengalami peningkatan. Dengan angka pengangguran yang tinggi membuat masyarakat kesulitan mendapatkan pendapatan.
Dengan tingginya angka pengangguran membuat daya beli masyarakat menurun dan menurunkan permintaan. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki pekerjaan dan pendapatan sehingga tidak mampu melakukan kegiatan konsumsi.
3. Daya beli masyarakat yang melemah
Daya beli masyarakat yang lemah menjadi faktor pendorong paling berpengaruh terhadap depresi ekonomi. Daya beli masyarakat yang lemah kn membuat tingkat produksi perusahaan menurun.
Hal ini dikarenakan permintaan di pasar yang sedikit sehingga jumlah produksi yang dilakukan perusahaan semakin sedikit. Dengan begitu, perusahaan akan mendapatkan pemasukan yang semakin berkurang. Jika hal itu terus terjadi maka akan menyebabkan kebangkrutan.
4. Menghilangnya kepercayaan konsumen
Saat konsumen mengalami krisis kepercayaan pada roda perekonomian maka akan membuat pola konsumsi berubah. Baik itu pola konsumsi barang ataupun jasa. Dengan hilangnya kepercayaan konsumen akan semakin sulit perusahaan untuk memproduksi barang ataupun jasa. Dengan begitu, roda perekonomian akan semakin jatuh karena pemasukan perusahaan berkurang.
Dampak Adanya Depresi Ekonomi
Depresi ekonomi mengakibatkan penurunan pendapatan negara. Kas negara akan semakin rendah sehingga membuat negara perlu mengajukan pinjaman kepada bank asing. Saat semua utang negara tidak mampu dilunasi dan menumpuk maka negara tersebut akan mengalami kebangkrutan yang cukup besar.
Penurunan perekonomian suatu negara ini dapat dilihat dari jatuhnya nilai saja, kegagalan negara memenuhi kebutuhan masyarakat, kebangkrutan perusahaan serta pengangguran yang tinggi.
1. Daya beli masyarakat menurun
Salah satu dampak dari adanya depresi ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat. Hal ini disebabkan dengan tingginya angka pengangguran karena peningkatan PHK. Terlebih lagi saat terjadi pandemi.
Di mana setiap orang akan menekan pengeluarannya. Mereka jarang melakukan transaksi pada barang-barang sekunder ataupun tersier. Dengan adanya hal tersebut membuat perusahaan kehilangan banyak konsumen. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan menyebabkan kerugian yang besar.
2. Penjualan melambat
Adanya depresi ekonomi menyebabkan penjualan melambat. Hal ini dikarenakan penurunan permintaan konsumen dan melambatnya pertumbuhan bisnis. Saat penjualan mengalami penurunan, maka bisnis akan kesulitan untuk berkembang. Hal ini sangat berpengaruh pada sektor manufaktur.
Produsen yang biasanya menerima pesanan dalam jumlah banyak. Seiring waktu pesanan tersebut akan menurun dan berdampak ada penurunan pekerjaan di pabrik. Akibatnya, sejumlah pekerja pabrik akan dilakukan pemutusan hubungan kerja.
3. Arus kas tersendat
Saat terjadi depresi ekonomi yang berimbas pada penurunan penjualan maka keuangan perusahaan turut berpengaruh. Arus kas yang selama ini lancar menjadi tersendat. Biaya produksi yang tidak terjangkau akan menjadi sebuah hutang sebagai pilihan untuk menjaga agar bisnis tetap berlangsung.
Keadaan ini sangat sulit bagi para pelaku UMKM. Sebagai pemilik usaha kecil mereka akan melakukan berbagai macam inovasi gun menghadapi tantangan bisnis seperti depresi ekonomi. Namun, hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah. Terlebih mereka terbatas dalam hal modal.
4. Bisnis menjadi gulung tikar
Modal atau keadaan keuangan dalam bisnis menjadi sebuah tantangan di sebuah perusahaan. Saat terjadi sebuah depresi ekonomi, modal usaha akan semakin berkurang dan tidak dapat membiayai kebutuhan operasional bisnis.
Dengan begitu, tidak akan terjadi sebuah perkembangan dalam bisnis. Bisnis akan mengalami kerugian bahkan dapat mengakibatkan gulung tikar.
Cara menghadapi depresi ekonomi
Depresi ekonomi dapat diatasi dengan sejumlah kebijakan. Baik kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan. Dengan begitu, dampak depresi tidak akan begitu besar menimpa perusahaan. Berikut ini sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi ekonomi.
1. Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal ekspansif
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi resesi adalah dengan melakukan kebijakan moneter ekspansif. Kebijakan moneter ekspansif yang dapat dilakukan adalah dengan memotong suku bunga guna mendorong konsumsi dan iklim investasi atau permintaan agregat.
Saat suku bunga dilakukan pemotongan maka suku bunga akan menjadi rendah sehingga biaya pinjaman menjadi turun. Dengan begitu, masyarakat dan para pelaku usaha dapat melakukan pinjaman baru dengan biaya pinjaman yang lebih murah.
Adanya hal ini mendorong iklim investasi dan peningkatan belanja. Dengan begitu kegiatan produksi akan tetap berjalan dan daya beli masyarakat meningkat.
Selain kebijakan moneter, pemerintah juga dapat melakukan kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan fiskal ekspansif yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah, mengurangi pajak atau mengkombinasi keduanya.
Pengurangan pajak dapat meningkatkan pendapatan yang disposabel sehingga dapat mendorong pengeluaran agar daya beli tidak terlalu jatuh. Begitu pun dengan peningkatan pengeluaran pemerintah yang dapat dilakukan guna meningkatkan daya beli masyarakat sehingga perekonomian tidak lesu.
Daya beli tetap terjaga dan perusahaan dapat melakukan produksi sehingga tidak ada pemutusan hubungan kerja kepada para karyawan. Kebijakan fiskal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan investasi pada infrastruktur baru guna membantu merangsang permintaan.
Selain itu, dengan investasi pada infrastruktur baru dapat menciptakan lapangan kerja. Dengan begitu, pendapatan masyarakat dapat meningkat. Selain itu, pemerintah dapat menurunkan pajak penghasilan agar jumlah uang di masyarakat tetap banyak sehingga kegiatan konsumsi tetap berjalan.
2. Kebijakan stabilisasi pasar keuangan
Selain menerapkan kebijakan moneter dan fiskal ekspansif, pemerintah juga dapat melakukan stabilisasi pasar keuangan. Stabilisasi pasar keuangan melibatkan pemerintah guna menjamin simpanan bank agar mereka dapat mempromosikan kredibilitas bank serta sistem keuangan.
Seperti halnya yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1932. Amerika Serikat mendirikan sebuah federasi bernama federasi Deposit Insurance Corporation atau FDIC.
Pendirian FDIC bertujuan guna melindungi rekening deposan dan membentuk securities and exchange commision (SEC) guna mengatur keberadaan pasar saham. Dengan mengatur keberadaan pasar saham maka kondisi keuangan negara menjadi stabil dan dapat dikendalikan.
3. Kebijakan penawaran
Cara selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kebijakan penawaran. Kebijakan penawaran dilakukan guna meningkatkan produktivitas serta efisiensi dalam perekonomian kebijakan jangka panjang. Contoh kebijakan penawaran pada pasar bebas adalah dengan mengurangi intervensi pemerintah dalam proses ekonomi dengan membuat pajak yang lebih rendah.
4. Pinjaman dana IMF
Jika beberapa kebijakan di atas tidak dapat menekan depresi ekonomi maka langkah yang dapat dilakukan adalah dengan meminjam sama pada IMF. Peminjaman dana pada IMF dapat membendung hilangnya kepercayaan pada konsumen serta menerapkan langkah-langkah penyesuaian struktural.
Seperti peningkatan penerimaan pajak, privatisasi, dan liberalisasi harga. Tidak ada salahnya memang meminjam uang pada IMF. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah penumpukan jumlah pinjaman yang dapat berpotensi menjadi utang yang menumpuk. Hal ini sangat tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan gagal bayar.
5. Pinjaman dana pemerintah
Langkah terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peminjaman dana pada pemerintah. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya rasa hilang kepercayaan pada sektor keuangan saat depresi ekonomi.
Peminjaman dana dapat dilakukan oleh perusahaan agar kegiatan produksi tetap berjalan. Dengan begitu, perusahaan tetap memiliki pemasukan.