Pada hakikatnya, kehidupan manusia merupakan bagian dari kegiatan ekonomi di mana mereka membutuhkan adanya pemenuhan berbagai kebutuhan untuk bertahan hidup, seperti makan, minum, tempat tinggal, pendidikan, kehidupan sosial dan sebagainya. Karena itulah ilmu ekonomi ada.
Dasar ilmu ekonomi ialah mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dimaksud yaitu menggunakan sumber daya alam bahkan menghabiskannya untuk memenuhi bermacam kebutuhan hidup. Munculnya ilmu ekonomi tersebut diperuntukkan membantu manusia dalam memilih dan memanfaatkan sumber daya alam yang semakin terbatas dengan kebutuhan yang semakin tidak terbatas. Selain itu, adanya ilmu ekonomi juga dikarenakan perlunya proses produksi. Mengapa? Karena sumber daya alam tidak bisa dimanfaatkan secara langsung. Di sinilah perlunya proses produksi, ialah kegiatan mengolah sumber daya alam agar bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi terdapat tiga faktor penyebab lahirnya ilmu ekonomi, yaitu :
- Kebutuhan manusia yang tidak terbatas
- Sumber daya alam yang terbatas
- Sumber daya alam yang tidak bisa langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia
(Baca juga : Dasar Hukum Bank Syariah)
Seiring ilmu pengetahuan yang kian berkembang, ilmu ekonomi pun mengalami hal serupa. Dalam penerapannya, tidak jarang ilmu ekonomi melakukan perbandingan antara dunia sebenarnya dengan dunia ideal. Dunia sebenarnya adalah keadaan yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Keadaan seperti itu terkadang masih perlu perbaikan atau bahkan diganti sehingga mencapai titik tertentu yang disebut sebagai nilai ideal. Itulah yang disebut dunia ideal, yaitu sebuah kondisi yang sebaiknya atau seharusnya terjadi.
Oleh sebab itu muncul 2 pendekatan dalam ilmu ekonomi, yaitu pendekatan ekonomi positif dan ekonomi normatif. Dua pendekatan inilah yang biasa digunakan para wakil rakyat atau pelaku ekonomi dalam rapat-rapat kerja membahas dan menyelesaikan masalah usaha atau perekonomian. (Baca juga : Cara Perhitungan PPh 21 Tenaga Ahli)
Pengertian Ekonomi Positif
Ekonomi positif dapat berupa pernyataan atau analisis positif. Ekonomi positif menjelaskan tentang hal-hal yang sesuai dengan fakta dan situasi dalam dunia ekonomi yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Jadi pendekatan positif berkaitan dengan penjelasan aktual dan ramalan. Maka hal ini mengarah pada analisis dan bukti empiris, karena kebenaran dalam sebuah pernyataan positif dapat langsung dilihat atau dibuktikan melalui peristiwa yang sebenarnya terjadi. Ekonomi positif disebut juga sebagai ekonomi hubungan sebab akibat.
Contoh pernyataan positif :
- Apakah tingkat pengangguran masyarakat Indonesia telah menurun dari tahun sebelumnya?
- Apakah kebijakan pemerintah mampu mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan masyarakat?
- Bagaimana prosesnya sehingga aksi demo masyarakat pada tanggal 4 November 2016 tempo hari mampu memengaruhi nilai tukar rupiah dan grafik perekonomian bangsa?
Beberapa contoh pernyataan positif tersebut hanya bisa dijawab melalui fakta dan data empiris yang tersedia serta relevan, sehingga dapat dibuktikan kebenarannya. (Baca juga : Tindakan Ekonomi Rasional)
Contoh lain pernyataan positif dalam dunia usaha swasta :
Seorang pengusaha menggunakan sumber daya ekonomi dengan cara yang efisien sehingga mampu menghasilkan produk barang dan jasa bernilai jual rendah atau murah. Karena itulah pengusaha tersebut bisa memperoleh laba yang maksimal. Akibat pemanfaatan sumber daya yang efisien, pendapatan perusahaan meningkat. Mereka yang terlibat dalam aktifitas ini termasuk pengusaha dan karyawan juga mengalami hal yang sama. Pendapatan meningkat dan mereka pun menjadi kaya.
Hal seperti di atas merupakan pernyataan positif yang dapat ditelaah fakta dan hubungan sebab akibatnya dengan mudah serta rasional. (Baca juga : Tindakan Ekonomi Rasional)
Pengertian Ekonomi Normatif
Normatif artinya menitikberatkan pada norma, aturan atau ketentuan yang berlaku. Ekonomi normatif dapat berupa pernyataan dan analisis normatif. Ekonomi normatif memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan erat dengan norma, etika dan aturan keadilan. Dalam lingkup ini tidak mengedepankan fakta, namun mengedepankan apa yang seharusnya dilakukan agar menjadi kebaikan dan kesejahteraan bagi masyarakat luas. Karena dalam sebuah pengambilan keputusan baik oleh pemerintah maupun swasta sebagai pelaku ekonomi, tidak cukup dengan penjelasan atas fakta dan data empiris yang relevan sekali pun. Namun hal itu terkait pula tentang “apa yang seharusnya dilakukan sebagai kebijakan terbaik?” Inilah inti dari pendekatan ekonomi normatif.
Ekonomi normatif biasanya menyelesaikan permasalahan yang muncul dengan debat ideal dan atau keputusan politis. Yakni dengan menggabungkan antara studi empiris dengan prediksi ekonomi positif tanpa mengesampingkan nilai gagasan ideal tentang kondisi masyarakat guna memperoleh rekomendasi kebijakan terbaik. (Baca juga : Metode Perhitungan Pendapatan Nasional)
Dalam pendekatan normatif, tidak jarang dilengkapi dengan value judgement, yaitu pertimbangan nilai efisiensi ekonomi. Fungsinya adalah untuk membantu mempertajam analisis dalam debat politis terkait pengambilan keputusan atas kebijakan yang akan dilakukan.
Contoh pernyataan normatif :
- Haruskah sistem pajak diarahkan untuk mengatasi masalah ekonomi golongan masyarakat menengah ke bawah?
- Berapa persen sebaiknya anggaran negara dinaikkan per tahun?
- Sampai ke titik berapa nilai inflasi dianggap wajar dan dapat diterima?
(Baca juga : Akibat Inflasi Dalam Perekonomian)
Jawaban-jawaban yang diperlukan untuk pernyataan di atas dapat diperoleh melalui proses politis, dengan fakta-fakta positif namun lebih mempertimbangkan pada norma, etika dan kebijakan yang berlaku.
Perbedaan Ekonomi Positif dan Normatif
Dari penjelasan di atas, terdapat perbedaan yang dapat ditemukan dengan jelas antara ekonomi positif dan normatif. Perbedaan yang dimaksud terletak pada sifat pendekatannya.
Ekonomi positif melihat pada kondisi yang sebenarnya terjadi, tidak terlalu mempedulikan apakah hal itu baik atau buruk. Sifat yang terkandung di dalamnya berupa kondisi aktual kini dan masa depan (ramalan). Sedangkan ekonomi normatif menitikberatkan pada apa yang sebaiknya terjadi dengan selalu mempertimbangkan norma, etika dan kebijakan berlaku. Sifat pendekatan yang terkandung dalam ekonomi normatif berupa nilai ideal, apakah sesuatu hal itu baik atau buruk atau perlu diperbaiki. (Baca juga : Dasar Hukum Gadai)
Pemahaman mudahnya, ekonomi positif memetakan dunia seperti apa adanya tanpa keinginan untuk mengubah. Sedang ekonomi normatif menggambarkan dunia dengan kesejahteraan dan kebaikan, karena itulah terdapat gagasan-gagasan kebijakan untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat.
Sebenarnya pendekatan positif maupun normatif ini tidak hanya terbatas untuk bidang ekonomi. Kita bisa menggunakan kedua pendekatan tersebut dan menerapkannya untuk penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.
(Baca juga : Ciri Sistem Ekonomi Tradisional)