Bisnis

23 Penyebab Konflik Usaha Berdasarkan Kategori

Dunia usaha adalah tempat bertemunya banyak orang. Pengusaha, karyawan, mitra kerja, investor, pegawai pemerintahan, dan sebagainya. Tiap orang dengan posisinya masing-masing memiliki berbagai karakter. Bahkan ada istilah beda kepala beda isi. Karena itulah perbedaan pendapat tidak mungkin dapat dihindari. Di mana hal tersebut bisa berujung pada konflik. (Baca juga : Tujuan Ekonomi Makro , Faktor Pertumbuhan Ekonomi)

Konflik adalah hal umum yang pasti terjadi di setiap komunitas termasuk dunia usaha. Karena manusia hidup dengan konfliknya masing-masing. Konflik tidak bisa dihindari, namun bisa diminimalisir atau ditanggulangi jika hal itu telah terjadi. Agar konflik tidak berkepanjangan yang bisa mengakibatkan sesuatu yang merugikan berbagai pihak. (Baca juga : Dasar Hukum APBN , Badan Usaha Milik Swasta)

Untuk dapat menyembuhkan suatu penyakit, harus dideteksi dulu apa jenis penyakitnya. Untuk menyelesaikan masalah, harus diketahui dulu apa akar masalahnya. Begitu juga dengan konflik usaha, harus diketahui dulu apa penyebabnya untuk mengatasi konflik tersebut. Jadi berikut kita bahas tentang penyebab konflik usaha yang umum terjadi. (Baca juga : Dasar Hukum Jual Beli , Badan Usaha Agraris )

Pengertian Konflik

Sebelumnya kita akan memahami arti konflik terlebih dahulu. Konflik berasal dari bahasa Latin “configere” yang berarti saling memukul. Dari sini, konflik dapat diartikan sebagai suatu yang bertentangan. Lengkapnya, konflik adalah berbagai macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua orang atau lebih. Secara sosial, konflik diartikan suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih (atau kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau menjadikan tidak berdaya. (Baca juga : Badan Usaha Campuran , Badan Usaha Milik Desa)

Proses yang timbul dari konflik dikarenakan salah satu pihak merasa bahwa pihak lain memiliki pendapat atau persepsi yang berbeda dengannya. Dari uraian di atas, konflik usaha dapat diartikan dengan ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota atau bagian usaha yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka memiliki perbedaan status, tujuan, nilai atau pendapat dan atau mereka harus membagi sumber daya yang terbatas. (Baca juga : Fungsi Produksi Jangka Pendek , Jenis-jenis Usaha Dagang)

Penggolongan Konflik

Dalam dunia usaha, konflik dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :

1. Konflik Intrapersonal

Adalah pertentangan yang ada dalam diri seseorang. Terjadi saat seseorang memiliki 2 keinginan berbeda pada waktu yang sama di mana tidak mungkin terpenuhi sekaligus. Konflik ini ada 3 bentuk, yaitu :

  • Konflik pendekatan-pendekatan; orang yang dihadapkan pada pilihan yang sama-sama menarik
  • Konflik pendekatan-penghindaran; orang yang dihadapkan pada 2 pilihan yang sama-sama menyulitkan.
  • Konflik penghindaran-penghindaran; orang yang dihadapkan pada suatu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif. (Baca juga : Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Liberal)

2. Konflik Interpersonal

yaitu suatu pertentangan yang terjadi antara 2 orang karena perbedaan keinginan atau kepentingan. Biasa terjadi pada 2 orang yang berbeda status sosial, jabatan, bidang kerja, dan sebagainya. (Baca Juga: Ciri-Ciri Perusahaan Manufaktur)

3. Konflik Antar Individu dan Kelompok

yaitu pertentangan antara seseorang dengan kelompok kerjanya. Contoh, seseorang dihukum oleh kelompok kerjanya (perusahaan) karena ia tidak mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia bekerja. (Baca juga : Pengertian Motif Ekonomi)

Penyebab Konflik Usaha

Dari penggolongan konflik di atas, penyebab timbulnya konflik usaha dapat digolongkan pula dalam 3 kategori besar, yaitu sebagai berikut :

  • Karakteristik Individual

1. Perbedaan kepribadian

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Perbedaan ini dapat menjadi faktor penyebab konflik usaha. Karena dalam bekerja, seseorang tidak selalu sependapat dengan orang lain dalam perusahaan yang sama. (Baca juga : Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai)

2. Perbedaan latar belakang dan kebudayaan

Seseorang tumbuh dalam latar belakang dan kelompok kebudayaan yang berbeda. Di mana perbedaan itu karena memiliki nilai dan norma sosial sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan ini dapat mengakibatkan konflik usaha ketika orang-orang dengan perbedaan itu berkumpul dalam 1 tempat yaitu dunia usaha. (Baca juga : manfaat ekonomi manajerial , konsep pendapatan nasional)

3. Nilai sikap dan kepercayaan

Nilai sikap dan kepercayaan seseorang berbeda dengan yang lainnya. Dan hal ini dapat memicul konflik. Misal, seorang karyawan memiliki kecenderungan pada beberapa karyawan lain karena faktor kepercayaan dan sikap yang ia nilai cocok. Padahal ia bekerja dalam tim yang memiliki banyak anggota. Jika hal itu terus berlanjut, maka konflik tidak akan terhindarkan. (Baca juga : pengertian motif ekonomi , Fungsi Retribusi)

4. Perbedaan sudut pandang

Adanya perbedaan sudut pandang orang-orangpada kelompok usaha sering menimbulkan konflik. Perbedaan prinsip di antara karyawan 1 divisi. Misal, dalam suatu rapat seseorang memberikan pandangan bahwa suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesegera mungkin mengingat dateline. Jika ada kekurangan akan diperbaiki kemudian. Namun seorang karyawan yang lain memberikan pandangan bahwa kualitas adalah yang utama dan berpikir biar lambat asal selamat. Tentu saja dua orang anggota yang berbeda sudut pandang ini akan sulit bekerja sama sehingga memunculkan konflik. Solusi ada pada pemimpin rapat yang mengambil keputusan terbaik dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. (Baca juga : Fungsi Devisa , fungsi ekonomi pembangunan)

5. Perbedaan tujuan dan kepentingan

Bila ada perbedaan tujuan dan kepentingan di antara pelaku usaha, maka hal itu pasti akan mengakibatkan konflik. Misal, perbedaan antara tujuan individu dalam tim usaha dengan tujuan usaha. Jika ada seorang anggota usaha (karyawan) lebih mengutamakan tujuan dan kepentingan pribadi seperti mengejar volume penjualan yang besar. Maka dengan ambisi yang besar, dia bisa melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan dan kepentingannya, seperti mengurangi kualitas untuk menekan biaya, memberi diskon besar tanpa mempertimbangkan keuntungan perusahaan, dan sebagainya. Karyawan marketing seperti ini bisa memicu konflik jika bekerja 1 tim dengan orang lain yang lebih mengutamakan pencapaian tujuan perusahaan dalam jangka panjang. (Baca juga : Ruang Lingkup Ekonomi Moneter)

6. Perbedaan kebutuhan

Seseorang bekerja berdasarkan kebutuhan yang berbeda. Ada yang hanya untuk memperoleh uang. Ada juga yang untuk eksistensi, atau juga ada yang bekerja untuk meraih cita-cita. Berbagai kebutuhan itu bisa menimbulkan berbagai perbedaan dan persoalan nantinya. Misal, karyawan yang butuh uang saja akan bekerja asal-asalan. Sedang ia berada dalam divisi yang mengharuskan karyawan bekerja maksimal dan sesuai tujuan perusahaan. Dari sinilah akan tercipta konflik. (Baca juga : manfaat ekonomi kreatif , Teori Perilaku Konsumen dan Produsen)

7. Perbedaan persepsi

Konflik dapat terjadi karena adanya miss persepsi atau kesalahpahaman yang menimbulkan perbedaan pemahaman. Hal itu dapat terjadi jika informasi yang diperoleh kurang lengkap atau kurang akurat. Bisa juga karena pemahaman yang setengah-setengah dan tidak tuntas. Misal, seorang manajer menugaskan sesuatu kepada 2 karyawannya. Di mana karyawan tersebut berbeda pemahaman atas penugasan tersebut. Sehingga tugas bisa tumpang tindih dan bisa menimbulkan konflik antar 2 karyawan tersebut. (Baca juga : Negara yang Menganut Sistem Ekonomi Terpusat)

  • Faktor Situasi

1. Ketergantungan satu pihak kepada pihak lain

Karyawan yang pekerjaannya bergantung pada karyawan lain akan memengaruhi produktivitas karyawan tersebut juga divisinya. Hal itu akan menyebabkan konflik. (Baca Juga: Fungsi Lembaga Keuangan)

2. Kesempatan dan kebutuhan berinteraksi

Karyawan memiliki kesempatan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan karyawan lain. Ketika hal itu tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan konflik pribadi atau sosial yang dapat memengaruhi produktivitas kerja karyawan tersebut. Misal, karyawan yang bekerja dalam ruangan tersendiri karena tuntutan profesi khusus atau jabatan. (Baca juga : Tujuan Mempelajari Ilmu Ekonomi)

3. Perbedaan status

Masing-masing karyawan memiliki jabatannya sendiri. Inilah yang disebut status. Antara status karyawan top manajer dengan level bawah akan sering memunculkan konflik karena perbedaan fasilitas, prioritas, dan semacamnya.  (Baca Juga: cara mengatasi kelangkaan sumber daya alam)

4. Hambatan komunikasi

Tidak semua karyawan bisa berkomunikasi dengan karyawan lain terutama level top manajer. Hambatan komunikasi ini dapat mengakibatkan konflik jika informasi dari komunikasi tersebut melalui perantara-perantara. Misal, karyawan produksi ingin menyampaikan suatu aspirasi namun melalui mandornya. Karena informasi mulut dapat berkurang atau bertambah. (Baca juga: Pengertian Pasar Bebas)

  • Desain dan Struktur Organisasi
  1. Struktur organisasi yang tidak jelas
  2. Tujuan usaha yang kurang jelas
  3. Pembagian pekerjaan yang kurang jelas dan tumpang tindih
  4. Manajemen perusahaan yang buruk
  5. Kompleksitas organisasi yang tinggi
  6. Perbedaan sistem nilai dan prinsip karyawan dengan perusahaan (Baca juga : contoh prinsip ekonomi dalam kehidupan sehari-hari)
  7. Persaingan yang tidak fair atau adil
  8. Tuntutan pekerjaan dengan fasilitas yang kurang memadai
  9. Proses komunikasi yang kurang tepat
  10. Kebijakan perusahaan yang kurang jelas dan atau tidak dapat diterima rasional
  11. Tekanan pekerjaan yang cukup besar
  12. Keputusan yang dibuat berdasar konsensus.  (Baca juga : Cara Mendirikan Perusahaan Perseorangan)

Jika konflik-konflik yang terjadi dalam perusahaan tidak segera ditindak lanjuti, maka dapat mengakibatkan masalah menjadi lebih besar dan kompleks. Karena itu seorang manajer atau direktur perusahaan harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi konflik tersebut. Berikut langkah-langkah untuk mengidentifikasi konflik dan mencari penyelesaiannya :

(Baca Juga: Jenis jenis Badan Usaha , Manfaat Kerjasama Ekonomi Antar Negara )

  1. Mengumpulkan informasi dari sumber konflik
  2. Mencari fakta konflik
  3. Menetapkan beberapa alternatif solusi konflik
  4. Menetapkan satu solusi konflik yang tepat
  5. Menganalisis solusi konflik
  6. Menerapkan solusi konflik. (Baca juga : Cara Lolos Interview Kerja)
rini.indah

Recent Posts

Hukum Bisnis Menurut Para Ahli Beserta Contohnya

Hukum bisnis merangkum seperangkat aturan dan norma hukum yang mengatur aktivitas bisnis dan perdagangan yang…

5 months ago

Depresi Ekonomi : Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Mencegahnya

Depresi biasanya sering kali dikaitkan dengan kondisi kejiwaan seseorang. Namun, ternyata depresi juga dapat berkaitan…

1 year ago

Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Para Ahli dan Secara Umum

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah sumber daya yang memiliki peran penting di dalam sebuah organisasi,…

1 year ago

Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Para Ahli

Sumber Daya Manusia (SDM) disebut juga human resources, adalah individu-individu yang dipekerjakan oleh perusahaan, organisasi…

1 year ago

Sumber Daya Manusia Menurut Ahli

Sumber Daya Manusia (SDM), di dalam bahasa Inggris disebut human resources, secara umum dapat didefinisikan…

1 year ago

10 Faktor Yang Menyebabkan Rendahnya Mutu Tenaga Kerja

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah aspek penting di berbagai bidang industri, SDM disebut juga tenaga…

1 year ago