Ketika anda melakukan sebuah investasi, entah itu dalam bentuk deposito, investasi reksadana atau lainnya. Disini anda biasanya akan mengalami 2 hal yaitu, risiko dan keuntungan. Risiko dapat dikatakan sebagai harapan yang tidak sesuai dari kenyataan yang terjadi. Itulah pentingnya sebelum berinvestasi kita harus ketahui jenis-jenis risiko investasi yang akan dialami di masa yang akan datang.
Karena dalam dunia investasi terdapat istilah high risk-high return, artinya semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat. Dengan mengetahui jenis-jenis risiko investasi, kamu dapat memilih instrumen apa yang tepat untuk tujuan finansial, kondisi keuangan dan toleransi terhadap risiko yang ada. Dibawah ini jenis-jenis risiko investasi yang harus anda ketahui sebelum melakukan investasi.
Risiko Pasar
Risiko pasar dapat berdampak pada berbagai jenis instrumen pasar uang investasi mulai dari deposito, obligasi, saham dan reksa dana. Berikut ini risiko yang termasuk risiko pasar:
- Risiko ekuitas merupakan risiko yang terjadi pada saham dan reksa dana, ini akan mengakibatkan timbulnya penurunan harga di pasar saham.
- Risiko tingkat bunga merupakan risiko umum yang terjadi pada surat utang atau obliges. Risiko ini muncul karena adanya perubahan dalam suku bunga. Ketika suku bunga naik maka nilai pasar obligasi menjadi turun.
- Risiko mata uang merupakan risiko yang sering terjadi ketika anda berinvestasi dengan mata uang dalam negeri maupun asing. Pergerakan nilai mata uang ini dapat menguat atau dan melemah. Selain itu, akan memengaruhi nilai investasi.
Risiko Likuiditas
Dampak dari risiko likuiditas anda tidak dapat menjual investasi, khususnya investasi jenis saham. Jika anda tetap ingin menjualnya, berarti anda harus menjualnya di harga paling rendah agar cepat menghasilkan uang. Tentunya Anda harus tahu, menjual saham di harga paling rendah dapat membuat Anda mengalami kerugian, bahkan, sialnya saham yang anda beli tidak ada nilainya sama sekali.
Risiko Konsentrasi
Risiko Konsentrasi menimbulkan investasi hanya pada satu pilihan instrumen saja. Misalnya anda sedang melakukan investasi saham. Sebaiknya jangan menempatkan dana di tempat satu saham saja, belilah saham-saham lainnya.
Karena salah satu cara untuk mengatasi risiko kerugian investasi yaitu anda harus investasikan dana yang anda miliki ke instrumen lain selain saham. Contohnya anda berinvestasi di deposito, obligasi, ataupun emas.
Risiko Kredit
Risiko kredit berdampak pada surat utang swasta ataupun obligasi. Risiko kredit biasanya dialami oleh perusahaan yang mengambil kredit atau utang untuk mengembangkan usaha. Salah satu sumber pinjaman perusahaan yaitu obligasi.
Memiliki keuntungan obligasi memang bagus karena besaran returnnya lebih besar dari deposito. Tetapi, di balik dari keuntungan tersebut, obligasi juga dapat berisiko karena bisa saja perusahaan tidak membayar return atau yang biasa disebut dengan kupon obligasi. Tidak hanya itu saja, uang yang anda pakai untuk membeli obligasi bisa saja tidak balik.
Risiko Inflasi
Risiko inflasi dapat terjadi ketika Anda berinvestasi di obligasi. Berbeda dengan saham, risiko inflasi tidak terlalu memberikan dampak negatif. Bahkan harga saham akan cenderung naik jika tingkat inflasi naik, karena perusahaan-perusahaan akan menaikkan harga produk sesuai dengan besarnya inflasi.
Risiko Politik Pemerintahan
Risiko politik pemerintah disebabkan oleh politik pemerintahan sendiri. Apakah anda masih ingat aksi anarkis di Jakarta pasca rekapitulasi hasil Pemilu 2019 lalu? Ternyata hal ini turut membuat kondisi ekonomi masyarakat menjadi kurang pasti sehingga masyarakat pun panik.
Untungnya, risiko ini relatif tidak berlangsung lama jika dibandingkan dengan dampak Covid-19 terhadap harga saham, yang memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Risiko Suku Bunga
Peningkatan suku bunga menjadi salah satu risiko investasi yang tidak terhindarkan karena pinjaman atau obligasi ini terdampak negatif akibat meningkatnya suku bunga.
Risiko suku bunga muncul karena adanya perubahan suku bunga yang signifikan sehingga akan memengaruhi pendapatan dari investasi yang ditanamkan. Dan dampaknya, ketika suku bunga meningkat maka harga obligasi akan menurun.
Risiko Nilai Tukar Mata Uang
Pergerakan nilai tukar mata uang atau valuta asing yang dinamis dapat mempengaruhi stabilitas pada nilai investasi. Hal ini disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing yang ada di pasaran tidak sesuai dengan ekspektasi, terutama ketika dikonversikan ke mata uang domestik.
Contohnya, ketika seorang investor ingin berinvestasi dengan Dolar. Maka di saat yang sama, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar akan melemah sehingga investor harus mengeluarkan sejumlah Rupiah yang jauh lebih banyak.
Risiko Reinvestasi
Risiko reinvestasi membuat para investor terpaksa untuk menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi yang berpendapatan lebih rendah akibat turunnya interest rate.
Langkah ini harus diambil jika arus kas investasi mendapatkan hasil imbalan yang lebih rendah setelah diinvestasikan kembali ke instrumen investasi yang baru. Contohnya, ketika anda memiliki portofolio obligasi dengan bunga kupon 5 persen untuk periode 5 tahun, maka imbal hasil obligasi ini akan menurun menjadi 3 persen.
Dan kabar baiknya pada saat jatuh tempo, investor akan menerima semua pembayaran bunga sebesar 5 persen dan pokok investasinya sesuai kesepakatan.
Masalahnya, ketika kemudian hari anda mau menginvestasikan kembali uangnya dengan membeli obligasi lain di kelas yang sama, anda tidak akan lagi menerima bunga kupon 5 persen, melainkan hanya 3 persen.