Apabila kita mendengar kata Tiongkok tentu sudah tidak asing lagi. Tiongkok atau China bukan lah sebuah negara baru melainkan negara yang memiliki histori yang sangat panjang. Tiongkok yang dikenal sebagai negara tirai bambu memang sangat menarik untuk dikulik sejarahnya apalagi sejarah perekonomiannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa negara Tiongkok terkenal dengan kehebatannya di bidang perekonomian.
Di era 1980an, kondisi ekonomi di kawasan Asia Timur sudah memasuki perkembangan yang pesat. Kemajuan dalam aspek ekonomi Tiongkok telah menarik banyak perhatian masyarakat dari negara luar. Perkembangan yang dinamik dalam perekonomian Tiongkok menjadi salah satu perkembangan yang penting pada abad ke-20.
Tiongkok telah mengalami banyak perubahan yang sangat dirasakan oleh masyarakat di bawah setiap pemimpin di dalam periode kepemimpinannya. Perkembangan setiap periode kepemipinannya pun berbeda. Berikut sejarah perekonomian Tiongkok dari masa pemerintahan Mao Zedong, reformasi hingga sekarang.
Masa Pemerintahan Mao Zedong
Pada masa pemerintahan Mao Zedong ini dapat dibagi menjadi dua periode. Periode pertama sebagai proses industrialisasi dari pertanian menjadi industri pada tahun 1949-1957, sedangkan periode kedua merupakan terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1960-1962 serta terjadinya pergolakan politik pada tahun 1966-1969.
Setelah partai komunis Tiongkok berkuasa pada tahun 1949, langkah pertama kebijakan ekonomi nasional yang dilaksanakan berupa Hukum Penertiban Tanah (Landreform Law) yang dikeluarkan pada tanggal 28 Juni 1950 yakni pembagian daerah penduduk pedesaan. Adapun pembagiannya yaitu:
- Pertama, pemilik banyak tanah tapi tidak menggarapnya sendiri.
- Kedua, pemilik tanah dan juga lintah darat.
- Ketiga, pemilik tanah yang menggarapnya sendiri.
- Keempat, pemilik tanah yang miskin (petani miskin).
Pembangunan ekonomi dimulai dengan menasionalisir industri berat yang sudah ada, sedangkan industri lain dijadikan sebagai rekanan penjualan kebutuhan negara atau sebagai modal campuran negara swasta. Setelah itu, Mao Zedong mengumumkan kebijkaan Seratus Bunga Berkembang pada bulan Juni 1956. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan seni budaya dan ilmu pengetahuan.
Dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan awalnya tidak ada yang mengkritik dari kaum intelektual namun lambat laun muncul berbagai kritikan di media kabar mengenai birokratisme dan otoritisme dalam partai. Sehingga Mao segera mengeluarkan kebijakan baru yaitu kebijakan anti kanan. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Mao tidak lain bertujuan untuk membangkitkan ekonomi Tiongkok melalui industrialisasi dan memanfaatkan penduduk Tiongkok yang banyak itu untuk dijadikan tenaga kerja dengan upah yang rendah.
Akibatnya, banyak pabrik baja dan industri bekerja terus-menerus untuk memperbesar produksi sehingga tenaga kerja produktif di bidang agraris seluruhnya dioper ke bidang industri. Hal itu menyebabkan kurangnya tenaga petani yang menanam tanaman untuk stok bahan pangan. Namun nyatanya terjadi bencana kelaparan pada saat itu.
Masa Pemerintahan Liu Shaoqi
Setelah Mao mundur akibat kegagalannya dalam program Lompatan Jauh ke Depan, Liu Shaoqi melanjutkan pemerintahannya sebagai presiden Republik Rakyat Tiongkok. Pada masa pemerintahannya, ia mengambil enam langkah dalam upaya pemulihan ekonomi. Adapun enam langkah tersebut:
- Memberikan insentif material seperti kapling tanah untuk pribadi dan pasar bebas.
- Perusahaan negara wajib dikelola dan dievaluasi berdasarkan efisiensi.
- Para pemimpin perusahaan diberi kewenangan lebih besar untuk mengambil kebijakan.
- Sistem perencanaan terpusat dibuat lebih fleksibel.
- Mengedepankan akurasi dalam perolehan data di lapangan.
- Reorganisasi partai dengan menekankan pada disiplin partai dan mekanisme kontrol instusional.
Upaya yang dilakukan Liu itu terbukti dapat memulihkan perekonomian Tiongkok di tahun 1962 seperti membaiknya industri-industri yang berskala kecil dan menegah. Sayangnya, keberhasilan Liu tidak bertahan lama sebab mengalami kegagalan akibat Revolusi Kebudayaan yang dikembangkan pada tahun 1966 oleh Mao Zedong yakni gerakan anti kapitalisme.
Masa Reformasi Ekonomi Tiongkok
Pada tahun 1978, masa pemerintahan Presiden Deng Xiaoping, Tiongkok mulai meninggalkan sistem perencanaan bertahap dan kembali ke ekonomi yang beriorientasi pada pasar. Adapun alasan tahun 1978 ini dikenal sebagai tahun reformasi ekonomi Tiongkok diantaranya karena:
- Revolusi Kebudayaan 1966-1976 dinilai sangat tidak populer.
- Adanya pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang sangat pesat di berbagai negara tetangga Tiongkok di mana ekonomi yang berorientasi pasar ini sudah berkinerja lebih baik.
- Warga Tiongkok menginginkan sebuah reformasi yang berorientasi pada pasar.
Sejak masa reformasi ekonomi dan pintu terbuka tahun 1978, Tiongkok telah menjadi raksasa ekonomi dunia. Kebijakan reformasi ekonomi yang dicanangkan Tiongkok ini telah mendorong masuknya investasi asing ke Tiongkok. Pangsa pasar yang sangat besar, upah pekerja yang rendah serta iklim ekonomi yang kondusi menjadikan daya tarik tersendiri bagi investor asing untuk membuka usahanya di Tiongkok.
Masa Sekarang
Setelah melewati sejarah yang panjang, kini Negara Tiongkok telah dipandang sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Sudah banyak bertebaran produk-produk dari Tiongkok di seluruh dunia salah satunya di Indonesia. Mulai dari produk pakaian, mainan anak-anak, alat elektronik, peralatan rumah tangga, kendaraan, mesin, obat-obatan hingga makanan.
Tiongkok telah menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua dengan nilai mencapai 14 triliun dolar. Selain itu, Tiongkok juga menjadi negara dengan GDP tertinggi dan merupakan negara eksportir terbesar mencapai 2,26 miliar dolar. Kebangkitan pendapatan negara Tiongkok tersebut dinilai juga ikut serta mendorong pergerakan ekonomi di seluruh dunia.