Beberapa waktu lalu negara Sri Lanka menjadi perbincangan hangat media. Sri Lanka diperbincangkan karena mengalami krisis ekonomi hingga dinyatakan bangkrut dan menjadi salah satu negara yang pernah bangkrut.
Keadaan semakin parah karena terjadi kerusuhan sampai membuat presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa melarikan diri ke luar negeri. Kekacuan yang terjadi di Sri Lanka karena harga kebutuhan pokok melambung tinggi.
Seluruh negeri bahkan mengalami pemadaman listrik, stok bahan bakar kendaraan kosong, sekolah ditutup, parahnya lagi pemerintah tidak mampu membayar gaji PNS. Pemerintah Sri Lanka sendiri mengalami gagal bayar utang sebanyak 51 miliar USD kepada kreditur belum termasuk bunga.
Pemerintah Sri Lanka mengalami kesulitan membayar utang ditambah dampak pandemi Covid-19 yang menurunkan pemasukan negara dari sektor wisata. Penyebab lain negara tersebut bangkrut karena kebijakan Presiden Gotabaya Rajapaksa menurunkan pajak dinilai tidak solutif.
Proyek infrastruktur seperti Pelabuhan Hambantota dan Combo Port City dengan modal besar yang digadang-gadang menambah pendapatan negara justru merugi. Selain Sri Lanka ada negara lainnya yang sudah mengalami kebangkrutan, yaitu Venezuela, Argentina, Meksiko, Islandia, dan Yunani.
Apakah Indonesia berpotensi mengalami kebangkrutan seperti negara-negara itu? Yuk simak penjelasan apa saja penyebab suatu negara bisa mengalami kebangkrutan.
1. Utang
Utang yang menumpuk tak kunjung dibayarkan oleh negara akan menjadi bom waktu. Jika tidak segera dilunasi akan bertumpuk dikhawatirkan bisa terjadi gagal bayar, dan inilah salah satu dampak jika negara berutang.
Negara seperti Sri Lanka, Islandia, dan Yunani mengalami kebangkrutan karena utang. Sri Lanka tidak bisa melunasi utang luar negeri sebesar 51 miliar USD, Islandia bangkrut pada tahun 2008 dengan utang 85 miliar USD, dan Yunani hingga tahun 2015 sebesat 360 miliar USD.
2. Korupsi
Indonesia sendiri per tahun 2022 dilaporkan memiliki utang negara sekitar Rp 7.000 triliun. Apabila suatu negara sering memiliki utang kepada negara lain dapat sebagai ancaman kebangkrutan.
Korupsi, kolusi, nepotisme disingkat KKN. Perilaku KKN menjadi salah satu penyebab yang bisa membuat suatu negara mengalami kebangkrutan.
Ingatkah kalian tentang VOC Belanda? Kongsi dagang Belanda ini mengalami kebangkrutan karena KKN yang dilakukan oleh para anggotanya.
Organisasi atau bank saja bisa bangkrut karena KKN, apalagi kalau negara. Jadi perlu diwaspadai jika korupsi suatu negara semakin banyak dilakukan oleh pemangku jabatan.
Tikus-tikus negara yang biasa menjadi penyebab terjadinya korupsi melalui anggaran-anggaran besar supaya jejaknya sulit dilacak harus diberantas. Jangan sampai negara bangkrut karena uangnya dinikmati oleh segelintir tikus-tikus berdasi.
3. Inflansi
Inflansi yang tinggi dapat menyebabkan suatu negara mengalami kebangkrutan. Berkaca dari negara-negara yang sudah mengalami kebangkrutan, inflansi tinggi mengakibatkan kenaikan harga di pasaran meroket tajam. Inflansi juga memberikan pengaruh terhadap nilai tukar rupiah.
Namun, kenaikan harga tidak sepadan dengan pendapatan per kapita masyarakat. Negara terpaksa menghentikan subsidi bagi masyarakat.
Dimana dana untuk subsidi akan dialihkan ke sektor yang lebih produktif. Inflansi yang tinggi misalnya saja di Venezuela berdampak pula pada nilai tukar mata uangnya menjadi rendah hingga dapat tidak berharga lagi.
4. Kegiatan Ekspor Impor Tidak Sehat
Ekspor impor menjadi kegiatan perdaganga internasional yang dilakukan antar negara. Kegiatan ekspor bertujuan untuk membantu untuk menambah pendapatan negara.
Sedangkan, kegiatan impor bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, kegiatan ekspor impor tidak selamanya membuahkan hasil positif.
Apabila kegiatan ekspor impor dilakukan secara tidak sehat justru akan menjadi beban. Ekspor impor yang tidak sehat dapat sebagai penyebab kebangkrutan suatu negara.
Contoh nyatanya seperti yang dialami oleh Venezuela akibat harga minyak bumi turun, pemasukan utama negara tersebut dari ekspor sumber daya itu ikut menurun. Akibatnya negara mengalami gagal bayar utang.
Sri Lanka bangkrut juga disebabkan salah satunya karena masalah impor. Pemerintah Sri Lanka melarang impor pupuk kimia dan meminta petani untuk memakai pupuk organik produk lokal.
Namun, pupuk organik lokal yang dipakai justru mengakibatkan gagal panen. Pemerintah Sri Lanka harus mengimpor makanan dari luar negeri membuat keadaan kekurangan mata uang asing malah semakin parah.
5. Kebijakan Ekonomi yang Salah
Faktor penyebab negara mengalami kebangkrutan terkait dengan kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah. Apabila kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah salah akan berakibat fatal menjerumuskan negara dalam jurang kebangkrutan.
Belajar dari pemerintah Sri Lanka yang memberikan subsidi besar kepada masyarakatnya. Kebijakan subsidi tersebut tidak diimbangi dengan pendapatan negara yang minus sehingga menjadi beban bagi Sri Lanka dan berakhir bangkrut.
Negara Argentina pun bangkrut karena kebijakan yang salah. Kebijakan pemerintah Argentina mematok mata uang 1 peso setara dengan 1 USD mengakibatkan pada tahun 2001 negaranya mengalami kesulitan bayar utang. Imbasnya negara mengalami kebangkrutan.
6. Mengandalkan Hanya Satu Sumber Pemasukan
Jika negara hanya mengandalkan satu sumber pendapatan negara itu hal yang mengkhawatirkan. Keadaan ke depan yang tidak bisa ditebak bisa saja sektor yang hanya menjadi satu sumber pemasukan negara terancam.
Tahukah kalian negara pulau yang terletak di Samudra Pasifik, Nauru. Negara ini dahulunya kaya raya bahkan pada tahun 1980-an tercatat dalam sejarah sebagai negara paling makmur di dunia.
Selang beberapa tahun, status negara paling makmur yang diberikan untuk Nauru berubah jadi negara paling miskin di dunia. Nauru hanya mengandalkan sumber daya fosfat sebagai pemasukan negaranya.
Eksploitasi fosfat yang besar membuat Nauru memiliki pendapatan per kapita tertinggi di dunia mencapai 27 ribu USD per tahun dengan penduduk hanya 10 ribu jiwa. Pemerintah pun membebaskan banyak pajak, subsidi di berbagai sektor, serta penggratisan layanan dan fasilitas publik.
Masyarakat Nauru pun sejahtera dengan tunjangan yang besar dari pemerintah. Begitu pula pejabat hidup dengan gaya hedon berkat pendapatan negara yang tinggi.
Namun, kesenangan tesebut tidak bertahan lama ketika fosfat yang menjadi pemasukan satu-satunya negara habis. Nauru yang hanya mengandalkan pemasukan dari fosfat akhirnya berutang kepada pemerintah Australia.
Nauru tidak bisa membayar utang sebesar 239 juta dollar Australia kepada Australia karena devaluasi mata uang negara Kanguru itu. Akhirnya nasib negara Nauru harus mengalami kebangkrutan usai kejayaannya.