Istilah krisis moneter merujuk pada keadaan memburuknya keuangan suatu negara dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan merosotnya nilai tukar uang nasional terhadap mata uang internasional dan melonjaknya harga kebutuhan di pasar serta menurunnya aktivitas perekonomian secara global. Setiap negara, baik negara maju maupun berkembang, pasti pernah mengalami krisis moneter, termasuk Indonesia.
Krisis moneter yang terparah yang pernah dialami oleh Indonesia terjadi pada tahun 1998. Menurut para ahli, terdapat beberapa faktor internal dan eksternal penyebab krisis moneter. Adapun faktor internal yang menyebabkan terjadinya krisis moneter ialah sebagai berikut:
1. Kondisi Politik
Pergolakan dalam dunia politik dinilai berpotensi menyebabkan perpecahan dalam masyarakat yang dikarenakan adanya perbedaan pendapat. Akibatnya, kondisi negara menjadi tidak stabil, dan tidak menutup kemungkinan terjadinya kerusuhan di sana-sini. Dalam keadaan chaos seperti itu maka para investor, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, enggan untuk berinvestasi pada negara dan memilih untuk berinvestasi ke negara lain hingga kondisi politik kembali kondusif. Hal ini berdampak pada berkurangnya penerimaan pembiayaan negara untuk menjalankan pemerintahan dan dengan demikian memperburuk kondisi ekonomi secara signifikan.
2. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah menunjukkan kredibilitas pemerintah dalam mengatasi berbagai situasi yang terjadi pada suatu negara. Bagi para investor, kebijakan pemerintah yang terwujud dalam penerapan regulasi sangat mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi pada suatu negara. Pemerintah melalui regulasi-regulasi yang disusun seharusnya dapat menyeimbangkan peranan pihak swasta dalam perdagangan, industri, dan alat-alat produksi. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah agar pihak swasta tidak terlalu banyak mengambil keuntungan. Karena apabila pihak swasta terlalu banyak mengambil keuntungan, maka akan berpotensi menyebabkan krisis moneter.
3. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Ada beberapa faktor penyebab inflasi di Indonesia, yaitu peningkatan kebutuhan, dorongan biaya, peningkatan harga rumah, dan jumlah uang yang beredar. Dampak inflasi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di suatu negara, dan secara khusus akan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsi, investasi, dan produksi.
4. Kelemahan Sistem Perbankan
Lemahnya sistem perbankan bertanggungjawab atas terjadinya krisis moneter yang menimpa Indonesia pada tahun 1997-1998. Pada masa itu, sebagai dampak dari paket deregulasi perbankan Oktober 1988, setiap orang dapat mendirikan bank hanya dengan berbekal modal 1 miliar sehingga banyak bank baru bermunculan. Sayangnya, kemunculan bank-bank tersebut tidak dibarengi sistem manajerial dan pengawasan yang baik. Banyak bank yang mengandalkan pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dan tidak disertai mekanisme hedging. Lemahnya pengawas otoriter moneter menyebabkan banyak penyaluran dana terkonsentrasi pada debitur dalam satu grup. Tidak cukup disitu, persaingan antar bank yang ketat membuat masing-masing bank berusaha menarik pelanggan dengan menawarkan produk seperti pinjaman beresiko. Hal-hal tersebut memicu tingginya resiko kredit macet yang mengakibatkan terjadinya krisis moneter.
5. Masalah pada Sektor Produksi
Pada umumnya, ada dua macam masalah pada sektor produksi yang dinilai berpotensi sebabkan krisis moneter, yakni:
- Lemahnya alokasi asset atau faktor-faktor produksi yang menyebabkan kesenjangan produktivitas
- Ketidakseimbangan pada struktur produksi
Untuk mengatasi faktor-faktor internal tersebut, khususnya inflasi, maka diperlukan peran kebijakan fiskal dan peran kebijakan moneter yang dijalankan oleh Pemerintah. Selain faktor internal, ada pula faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya krisis moneter, antara lain:
1. Hutang Luar Negeri
Negara-negara maju pada umumnya memasang tingkat bunga pinjaman yang rendah dengan tujuan menarik perhatian debitur. Rendahnya bunga pinjaman ini biasanya dibarengi dengan jangka waktu yang pendek. Hal tersebut memicu ketergantungan hutang suatu negara, khususnya negara berkembang yang membutuhkan pinjaman dana untuk membiayai proyek-proyek seperti pembangunan infrastruktur. Tanpa menyadari kenyataan bahwa pinjaman dana dalam jumlah besar dan jangka waktu pendek dapat memicu terjadinya krisis finansial.
2. Krisis Ekonomi Global
Suatu negara juga dapat mengalami krisis moneter sebagai dampak dari krisis ekonomi global, atau krisis yang juga dialami oleh negara-negara lain. Misalnya, krisis ekonomi tahun 1997-1998 yang dialami oleh negara-negara di Asia, dan krisis ekonomi tahun 2008 atau dikenal sebagai krisis subprime mortgage yang dialami oleh Amerika. Krisis moneter yang terjadi pada suatu negara memang biasanya akan berdampak pada negara lain, karena negara-negara di dunia saling terkait dalam perekonomian, misalnya dalam perdagangan, industri, dan pinjam-meminjam dana. Akan tetapi, krisis ekonomi global dapat dihindari dengan kebijakan Pemerintah. Contohnya pada krisis ekonomi tahun 2008, Indonesia terkena imbas dari krisis subprime mortgage yang dialami Amerika namun masih dapat terselamatkan berkat penguatan di sektor perbankan.
Adapun faktor eksternal tersebut dapat diatasi dengan menerapkan kebijakan ekonomi internasional melalui tarif, quota, serta kebijakan fiskal dan moneter. Sekian pembahasan tentang faktor internal dan eksternal penyebab krisis moneter. Semoga artikel ini bermanfaat!