Memiliki usaha sendiri bisa menjadi harapan bagi banyak orang. Kebebasan waktu dan finansial bisa dimiliki oleh para wirausahawan. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan dengan membuka usaha sendiri bila dibandingkan dengan menjadi karyawan. Berbagai kelebihan dan keuntungan tersebut tentu tidak bisa dipisahkan dari berbagai resiko gagal. Rugi menjadi hal yang wajar dalam sebuah usaha. Meski begitu banyak orang yang memilih mundur mengingat resiko kegagalan ini. Sebenarnya resiko kegagalan tersebut dapat diturunkan dengan mengidentifikasi faktor faktor kegagalan usaha.
Baca juga :
- cara bisnis online shop bagi pemula
- tips bisnis bensin eceran
- cara sukses bisnis oriflame
- cara mendapatkan modal usaha dari pemerintah
Jika anda telah mengetahui faktor-faktor kegagalan usaha maka anda bisa melakukan tindakan untuk bisa meminimalisir kegagalan usaha. Berikut ini faktor-faktor kegagalan usaha:
- Ketidakjelasan tujuan
Anda tentu perlu memiliki tujuan usaha yang jelas. Tujuan, visi dan misi dapat mengatur arah usaha anda. Jika usaha yang anda jalani tidak memiliki tujuan yang jelas, anda bisa kebingungan menetapkan strategi usaha. Anda juga bisa kesulitan menetapkan langkah-langkah yang perlu anda lakukan. Tujuan yang tidak jelas juga beresiko membuat anda tidak fokus pada usaha yang dijalankan. (baca juga: faktor pertumbuhan ekonomi dan non ekonomi – ruang lingkup ekonomi manajerial – teori biaya produksi)
- Kurang inovasi
Usaha yang terus berkembang tentu harus terus berinovasi. Anda perlu melatih kreativitas serta inovasi untuk usaha anda baik itu dari segi produk atau promosi. Usaha yang kurang melakukan inovasi bisa kehilangan pelanggan karena pelanggan merasa bosan dan sebagainya. Inovasi dan kreativitas memang sangat diperlukan dalam menjalankan usaha dalam bidang apapun. (baca juga : kebijakan ekonomi mikro bagi perekonomian – cara menabung emas di pegadaian)
- Tidak peka terhadap pasar
Jika anda ingin usaha anda sukses dan berkembang tentu anda harus memperhatikan peruabahan pasar. Berbagai permintaan dan perkembangan tren bisa menjadi pertimbangan dalam menetapkan langkah yang tepat dalam usaha. Anda harus jeli dalam memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi di pasar sehingga bisa memahami keinginan pelanggan dengan lebih baik. Hal ini bisa membuat anda menghasilkan produk yang lebih baik dan banyak diinginkan pelanggan. (baca juga : fungsi ekonomi dalam keluarga – manfaat ekonomi manajerial dalam perusahaan)
- Tidak bisa mengendalikan keuangan
Masalah keuangan bisa menjadi masalah yang krusial terkait faktor faktor kegagalan usaha. Pengusaha yang baru merintis bisnis seringkali menggunakan uang pribadi untuk modal dan pengembangan usaha. Ini menjadi hal yang tidak salah namun anda tetap harus berhati-hati. Anda perlu memisahkan uang usaha dan uang pribadi anda. Hal ini mungkin nampak sepele namun jika berlangsung terus menerus dapat berbahaya bagi usaha anda. Salah satu akibat buruk bisa membuat aliran kas terhampat sehingga pengelolaan usaha menjadi macet. Hal ini bisa beresiko usaha tidak berkembang atau usaha jalan ditempat dan berhenti. (baca juga :manfaat ekonomi kreatif)
- Tidak memiliki komitmen
Menjalankan usaha harus dilakukan dengan sepenuh hati. Usaha yang tidak dilakukan sepenuh hati karena alasan apapun dapat menjadi salah satu faktor gagal usaha. Usaha yang sukses dibangun diatas kerja keras dan komitmen. Anda harus bersungguh-sungguh dalam menjalani usaha tersebut. Mungkin anda akan mengalami rasa bosan namun jangan sampai perubahan suasana hati anda berpengaruh pada usaha anda. (baca juga : tindakan ekonomi rasional – investasi syariah terbaik di Indonesia)
- Terlalu cepat mengembangkan skala
Mengembangkan usaha tentu menjadi hal yang sangat positif dan harus dilakukan oleh setiap pengusaha. Sebelum melakukan pengembangan usaha yang lebih besar, anda harus memperhatikan berbagai hal yang menjadi dasar dari usaha seperti modal serta berbagai sumber daya. Tidak sedikit usaha yang mengalami kegagalan karena terlalu cepat mengembangkan skala usaha. (baca juga : instrumen pasar modal – keuntungan investasi properti)